Sombong


Sombong adalah sifat yang sangat dikutuk oleh Allah, hingga Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Dari Abdullah bin Salam RA bahwasanya ia pernah berjalan di pasar dengan membawa seikat kayu bakar. Lalu ada orang bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkan engkau berbuat demikian, padahal Allah telah mencukupkan kamu dari semua ini ?”. Ia menjawab: Saya ingin menghilangkan kesombongan, karena aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari sombong”. (HR. Thabarani dengan sanad Hasan, dalam Targhib wat Tarhib)

Oleh karena itu seharusnya setiap orang mu’min harus berusaha sungguh-sungguh menjauhi sifat sombong dari dirinya.

Adapun pengertian sombong menurut sabda Rasulullah SAW adalah, “Al-Kibru bathorul haqqi wa ghomtun naas”. (Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain). Biasanya beberapa hal yang bisa menyebabkan kesombongan seseoranng antara lain karena kekayaan, karena pendidikan, karena asal-usul, dan masih banyak lagi.

Orang kaya biasanya merasa dirinya lebih mulia daripada orang miskin. Orang yang berpendidikan tinggi merasa lebih mulia daripada orang yang berpendidikan rendah. Demikian pula seorang pejabat merasa dirinya lebih mulia daripada rakyat biasa. Bahkan sampai anak-anaknya pun terbawa perasaan yang demikian itu. Lebih celaka lagi, membanggakan asal-usul/keturunan. Perasan ini bisa menjadikan penyebab kekafiran sebagaimana iblis, dia menjadi kufur, tidak mau sujud kepada Adam.

Ketika ditanya oleh Allah, “Apa yang menghalangi kamu untuk bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu ?”. Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. QS. Al-A’raaf : 12.

Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah”.

Sifat Iblis inilah yang banyak diwarisi oleh manusia. Karena dirinya merasa lebih mulia, maka menolak/menganggap remeh apapun yang datang dari orang yang dianggap lebih rendah dari dirinya, sekalipun yang didatangkan itu adalah suatu kebenaran.

Bani Israil mengkufuri kenabian Nabi Muhammad SAW walaupun mereka mengetahui secara pasti bahwa Muhammad adalah Nabi dan utusan Allah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah dalam QS. Al-Baqarah : 146

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al kitab (Taurat dan Injil) Mengenal Muhammad seperti mereka Mengenal anak-anaknya sendiri. dan Sesungguhnya sebahagian diantara mereka Menyembunyikan kebenaran, Padahal mereka mengetahui.”

Mengapa mereka kufur kepada Nabi Muhammad SAW ? Karena mereka merasa dirinya menjadi kekasih-kekasih Allah dan yang dimuliakan oleh Allah, sedangkan Muhammad dari keturunan bangsa yang rendah (bangsa ‘Arab), menurut anggapan mereka, padahal mereka tahu betul kalau Muhammad adalah utusan Allah.

Dalam kenyataan kehidupan ini banyak orang yang mengabaikan sesuatu yang disampaikan oleh orang lain hanya karena perbedaan latar belakang pendidikan dan sebagainya, sekalipun yang disampaikan itu suatu kebenaran, mereka tolak karena merasa penyampainya lebih rendah pendidikannya dari pada dirinya.

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita, sekalipun yang menyampaikan itu budak yang hidungnya rumpung, kalau yang disampaikan itu sesuatu kebenaran, wajib didengar dan ditha’ati. Rasulullah juga berpesan, “Undhur maa qoola walaa tandhur man qoola”. (Perhatikanlah apa yang dikatakan, dan jangan memperhatikan siapa yang menyampaikan).

Dari itu semua Islam mengajarkan “Jangan berlaku sombong apabila Allah memberikan suatu kelebihan pada dirinya dari pada orang lain, karena pada hakikatnya kemuliaan yang di sisi Allah adalah bukan karena kelebihan-kelebihan yang sifatnya meteriil/duniawi, tetapi kemuliaan itu terletak pada ketaqwaannya kepada Allah. “Inna akromaku ‘indalloohi atqookum: (Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian). [QS. Al-Hujurat : 13]

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Demikian semoga kita dijauhkan oleh Allah dari sifat sombong yang akan menyeret kita kepada kekafiran, dan kita diberikan sifat tawadldlu’ yang akan membimbing kita kepada kebenaran. Aamiin.


Tidak ada komentar: